Pemanasan global yang sangat tinggi di dunia ini, menjadi ancaman
bagi kehidupan manusia. Pemanasan global menyebabkan iklim yang tidak tentu,
cuaca ekstrim, meningkatnya suhu global, dan sebagainya.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana
pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari
satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan
politik dan publik di dunia mengenai tindakan apa yang harus dilakukan untuk
mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi
terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada
pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika
energi ini tiba permukaan Bumi,
ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas
tetap terperangkap di atmosfer Bumi
akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara
lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya
panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat
pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan
CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap
pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang
juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang
bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada
zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah.
Pemanasan global salah satunya diakibatkan oleh bahan-bahan zat
gas yang merusak ozon (carbin, CFC dan lainya). Ozon melindungi bumi dari benda
luar angkasa. Selain itu apabila pemanasan global terjadi uadara akan menjadi
sesak atau kurangnya kadar oksigen yang bagus, akan tetapi nantinya kita akan
menghirup carbon yang akan menggangu system tubuh kita.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya. Gas-gas tersebut akan sulit keluar dari rumah
kaca tersebut atau dalam bumi kita sebagai atmosfer.
Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat
dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek
netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa
detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail
ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat
kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam
model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam
Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada
peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke empat.
Umpan balik penting
lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di
dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan
menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi
suatu siklus yang berkelanjutan.
Sebenarnya efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh
segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika
tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Menaksir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh
berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya
air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2
sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan
relatif udara hampir konstan atau bahkan
agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya
berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang
panjang di atmosfer.
Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model
tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan
global terhadap cuaca,
tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Para ilmuwan memperkirakan
bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi.
Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit
es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan
di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan
lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada
musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah yang hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih
banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut
malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini
disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca,
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi,
uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga
akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di mana
hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar
1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh
dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih
cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering
dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang
berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi
lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang
sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan
lebih ekstrem.
Ketika atmosfer menghangat,
lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan
tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 -
35 inci) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat
memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan
menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan
dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian
besar dari Everglades, Florida.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari
sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
selatan Kanada, sebagai
contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak
dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang
jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang
berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.
Tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat lamanya
menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
Penyebabkan banyaknya emisi udara dibumi selain diakibatkan dari
asap kendaran dan rumah tanggapada efek rumah kaca yang mengeluarkan CO2, namun dapat diakibatkan oleh pembangkit energy listrik dan
pengolahan bahan bakar minyak.
Manusia banyak mengunakan sumber energi dari bahan bakar
(sumberdaya fosil) untuk menghidupi kebutuhan hidup mereka, dari mulai energi
lisrik, bahan bakar dan sebagainya. Semuanya mengeluarkan zat sisa yang sangat
merusak lingkungan kita. prosuksi bahan bakar yang mengunakan banyak pengolahan
pembakaran mengeluarkan zat sisa berupa gas udara yang kotor dan limbah cairan.
Gas udara tersebut akan menghiasi bumi ini dan menambah pemanasan global
dibumi.
Padahal energy tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bayangkan berapa banyak orang mengunakan energi tersebut. Semisal di Indonesia
yang memiliki penduduk terbanyak ke-empat di dunia yang masih menggunakan bahan
sumber daya fosil untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya. Jadi berapa
banyak energy yang diperlukan memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dan
berapa banyak zat yang keluar akibat hal tersebut nantinya yang menimbulkan
kerusakan tersebut. Satu rumah saja memerlukan energy rata-rata 300 watt
kalikan tiap rumah di Indonesia kalikan dengan jumlah energy yang nantinya akan
diperlukan. Pasti banyak sekali energy yang dibutuhkan dan jumlah gas yang
keluar hasil pengolahan menjadikan sumber daya fosil tersebut dalam memenuhi
kebutuhan yang mengeluarkan zat merusak udara tersebut. Belum lagi ditambah
dengan berkurangnya lahan pemukiman hijau yang menjadi menguragi zat emisi
tersebut menyebar.
Karena masalah energi merupakan salah satu isu penting yang sedang
hangat dibicarakan. Semakin berkurangnya sumber energi, penemuan sumber energi
baru, pengembangan energi-energi alternatif, dan dampak penggunaan energi
minyak bumi terhadap lingkungan hidup menjadi tema-tema yang menarik dan banyak
didiskusikan. Pemanasan global yang diyakini sedang terjadi dan akan memasuki
tahap yang mengkhawatirkan disebut-sebut juga merupakan dampak penggunaan
energi minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini.
Dampak lingkungan dan semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi
memaksa kita untuk mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah satu
alternatif sumber energi baru yang potensial datang dari energi nuklir. Meski
dampak dan bahaya yang ditimbulkan amat besar, tidak dapat dipungkiri bahwa
energi nuklir adalah salah satu alternatif sumber energi yang layak
diperhitungkan.
Isu energi nuklir yang berkembang saat ini memang berkisar tentang
penggunaan energi nuklir dalam bentuk bom nuklir dan bayangan buruk tentang
musibah hancurnya reaktor nuklir di Chernobyl. Isu-isu ini telah membentuk
bayangan buruk dan menakutkan tentang nuklir dan pengembangannya. Padahal,
pemanfaatan yang bijaksana, bertanggung jawab, dan terkendali atas energi
nuklir dapat meningkatkan taraf hidup sekaligus memberikan solusi atas masalah
kelangkaan energi.
Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam
mekanisme, yaitu pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa
inti melalui reaksi fusi. Di sini akan dibahas salah satu mekanisme produksi
energi nuklir, yaitu reaksi fisi nuklir.
Sebuah inti berat yang ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron)
dapat membelah menjadi dua inti yang lebih ringan dan beberapa partikel lain.
Mekanisme semacam ini disebut pembelahan inti atau fisi nuklir. Contoh reaksi
fisi adalah uranium yang ditumbuk (atau menyerap) neutron lambat.
Reaksi fisi uranium seperti di atas menghasilkan neutron selain
dua buah inti atom yang lebih ringan. Neutron ini dapat menumbuk (diserap)
kembali oleh inti uranium untuk membentuk reaksi fisi berikutnya. Mekanisme ini
terus terjadi dalam waktu yang sangat cepat membentuk reaksi berantai tak
terkendali. Akibatnya, terjadi pelepasan energi yang besar dalam waktu singkat.
Mekanisme ini yang terjadi di dalam bom nuklir yang menghasilkan ledakan yang
dahsyat. Jadi, reaksi fisi dapat membentuk reaksi berantai tak terkendali yang
memiliki potensi daya ledak yang dahsyat dan dapat dibuat dalam bentuk bom
nuklir.
Dibandingkan dibentuk dalam bentuk bom nuklir, pelepasan energi
yang dihasilkan melalui reaksi fisi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih
berguna. Untuk itu, reaksi berantai yang terjadi dalam reaksi fisi harus dibuat
lebih terkendali. Usaha ini bisa dilakukan di dalam sebuah reaktor nuklir.
Reaksi berantai terkendali dapat diusahakan berlangsung di dalam reaktor yang
terjamin keamanannya dan energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk
keperluan yang lebih berguna, misalnya untuk penelitian dan untuk membangkitkan
listrik.
Di dalam reaksi fisi yang terkendali, jumlah neutron dibatasi
sehingga hanya satu neutron saja yang akan diserap untuk pembelahan inti
berikutnya. Dengan mekanisme ini, diperoleh reaksi berantai terkendali yang
energi yang dihasilkannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna.
Di dalam reaktor nuklir, reaksi fisi diharapkan akan berlangsung
secara kontinu dan terkendali. Yang dimaksud dengan terkendali dalam hal ini
adalah jumlah reaksi fisi dapat dinaik-turunkan dengan mantap dan stabil sesuai
dengan kebutuhan energi.
Bahan bakar reaktor fisi adalah radioisotop yang dapat berfisi
(fisil), yang dapat diperoleh di alam. Tetapi karena beberapa bahan fisil dapat
dibuat dari bahan dapat membiak (fertil), maka beberapa jenis bahan fertil yang
dibutuhkan sebagai bahan baku pembuat bahan fisil juga digolongkan sebagai
bahan bakar reaktor fisi. Bahan fisil U-233, U-235, Pu-239 dan Pu-241 serta
bahan fertil Th-232 dan U-238 adalah bahan bakar dari beberapa tipe reaktor
fisi yang telah dikembangkan hingga awal abad 21 ini.
Proses pembuatan bahan fisil dari bahan fertil dapat
dilakukan dalam sebuah reaktor fisi, proses ini disebut sebagai proses
pembiakan. Oleh karena itu, dalam reaktor fisi terdapat tipe reaktor yang
disebut sebagai reaktor pembiak karena dalam reaktor ini selain dilangsungkan
reaksi fisi kontinu juga dilangsungkan proses pembiakan bahan fisil dari bahan
fertil (biw)
Energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir dapat dimanfaatkan
untuk keperluan yang berguna. Untuk itu, reaksi fisi harus berlangsung secara
terkendali di dalam sebuah reaktor nuklir. Sebuah reaktor nuklir paling tidak
memiliki empat komponen dasar, yaitu elemen bahan bakar, moderator neutron,
batang kendali, dan perisai beton.
Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan
mengalami fusi nuklir. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah
uranium U. elemen bahan bakar dapat berbentuk batang yang ditempatkan di dalam
teras reaktor.
Neutron-neutron yang dihasilkan dalam fisi uranium berada dalam
kelajuan yang cukup tinggi. Adapun, neutron yang memungkinkan terjadinya fisi
nuklir adalah neutron lambat sehingga diperlukan material yang dapat
memperlambat kelajuan neutron ini. Fungsi ini dijalankan oleh moderator neutron
yang umumnya berupa air. Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai
moderator yang berfungsi memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan
kehilangan sebagian energinya saat bertumbukan dengan molekul-molekul air.
Fungsi pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi
nuklir dalam reaksi berantai dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi
berantai yang terjadi terkendali dimana hanya satu neutron saja yang diserap
untuk memicu fisi nuklir berikutnya, digunakan bahan yang dapat menyerap
neutron-neutron di dalam teras reaktor. Bahan seperti boron atau kadmium sering
digunakan sebagai batang kendali karena efektif dalam menyerap neutron.
Batang kendali didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat
keluar-masuk teras reaktor. Jika jumlah neutron di dalam teras reaktor melebihi
jumlah yang diizinkan (kondisi kritis), maka batang kendali dimasukkan ke dalam
teras reaktor untuk menyerap sebagian neutron agar tercapai kondisi kritis.
Batang kendali akan dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah neutron di bawah
kondisi kritis (kekurangan neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi
kritis yang diizinkan.
Banyak orang mengenal reaktor nuklir hanya digunakan untuk
pembangkit listrik. Informasi tentang reaktor nuklir untuk pembangkit listrik
(PLTN) lebih banyak diberitakan ketimbang reaktor nuklir untuk fungsi lainnya,
karena kasus-kasus kecelakaan reaktor nuklir yang terjadi hampir seluruhnya
dari jenis reaktor tersebut. Selain reaktor nuklir untuk pembangkit listrik
(reaktor daya) ada dua jenis reaktor nuklir lainnya, yaitu reaktor nuklir
penelitian dan produksi radioisotop. Reaktor penelitian lebih banyak
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengujian bahan dan analisis unsur,
sedangkan reaktor produksi isotop digunakan untuk membuat bahan alam (isotop)
yang tidak bersifat radioaktif menjadi bersifat radioaktif. Reaktor nuklir
adalah fasilitas atau tempat yang didalamnya terdapat bahan dan komponen yang
memungkinkan terjadinya reaksi nuklir. Proses terjadinya reaksi nuklir
membutuhkan bahan bakar yang biasanya dibuat dari uranium atau thorium. Kedua
bahan bakar tersebut bisa diperoleh dari alam (kulit bumi) dengan terlebih
dahulu dilakukan proses pemisahan dengan unsur-unsur lainnya. Reaktor nuklir
dapat dimanfaatkan bagi kepentingan manusia, antara lain untuk mendapatkan
listrik dan isotop radioaktif yang dibutuhkan rumah sakit, industri dan
pertanian.
Berdasarkan hasil kajian teknologi dan pertimbangan pendanaan maka
reaktor tipe High Temperature Gas Cooled Reactor (HTGR) merupakan salah satu
pilihan yang dipertimbangkan, khususnya terkait dengan kebutuhan dan pasar di
Indonesia sebagai negara kepulauan dan kaya dengan sumber daya mineral (di
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua). RDE diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pembangunan PLTN komersial.
HTGR termasuk dalam reaktor inovatif dengan karakter yang
menguntungkan dari sisi ekonomi, keselamatan, infrastruktur, proliferation
resistance dan proteksi fisik, lingkungan dan limbah.
Reaksi fusi D-T (deuterium-tritium) dalam
sebuah reaktor nuklir Tokamak membutuhkan deuterium dan tritium. Tritium dibuat
dari lithium dalam reaktor fusi, dengan demikian bahan bakar reaktor fusi
adalah deuterium dan lithium. Keberadaan deuterium dalam air laut sangat
melimpah, dan dapat digunakan untuk pemakaian selama ratusan ribu tahun, bahkan
mungkin lebih dari sejuta tahun.
Lithium sebagai bahan baku pembuat tritium cukup banyak
terdapat di lapisan bumi, kauntitas cadangan lithium akan mampu memasok reaktor
fusi selama beberapa ribu tahun. Tetapi tritium juga dapat dibuat dalam suatu
reaktor nuklir, teknik ini akan sangat bermanfaat apabila cadangan lithium telah
menipis.
Reaksi fusi dalam reaktor Tokamak menghasilkan limbah
radioaktif tetapi dengan umur paruh yang pendek. Tritium yang dihasilkan dari
sisa-sisa reaksi fusi adalah isotop yang memancarkan radiasi (radioisotop)
dengan umur paruh 12,36 hari. Neutron yang dipancarkan dari reaksi fusi juga
dapat membuat bahan struktur reaktor yang ditumbuknya menjadi radioaktif.
Radioisotop yang dihasilkan karena aktivasi neutron ini akan mempunyai umur
paruh tidak lebih dari seratus tahun. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari
dalam reaktor fusi relatif lebih rendah radioaktivitasnya dari pada limbah yang
dihasilkan dari reaktor fisi.
Dari jumlah cadangan atau ketersediaan bahan bakar reaktor
fusi di alam yang sangat melimpah, maka reaktor fusi merupakan pembangkit energi
yang ideal yang akan dapat memasok kebutuhan energi bagi umat manusia dimasa
mendatang dalam jangka waktu yang lama dan ramah lingkungan.
Sehingga dapat mengurangin pemanasn global dalam pengunaan
energi nuklir ini. Walau berbagai skenario daur atau siklus bahan bakar reaktor
fusi dapat dikembangkan, tetapi pengembangan masih belum dilakukan karena para
ilmuwan yang masih mengalami kendala teknis dalam mewujudkan reaktor fusi
kontinu yang memadai untuk memasok kebutuhan energi sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar